Salah satunya adalah silaturahim ke rumah temen kantorku. Rumahnya tidak terlalu jauh dari lokasi Wana Wisata (kami sempat singgah di sana sebelum silaturahim), di daerah Kilo 5. Pak Syachran –temen kantorku ini– termasuk temen lamaku. Sebelum ada penggabungan kantor pada tahun 2002, aku sudah satu kantor bersamanya sejak 1996. Rumah kami memang agak berjauhan. Aku sudah lama tidak berkunjung ke rumahnya.
Tentu, silaturahim kami disambut sangat gembira oleh keluarganya. Cerita masa lalu pun –ketika di kantor lama– “diputar” kembali, biasa … dua temen yg dah lama ga’ ketemu (saling berkunjung). Sebagai orang tua, yg mempunyai anak, saling tukar pengalaman dan info pun terjadi.
Anak-anak pun demikian. Mereka –yg sebenarnya belum begitu saling mengenal sebelumnya– menikmati kebersamaan itu dengan bermain bersama. Namanya anak-anak, asal ketemu, ...apalagi ada mainan, ’dah deh. Rame, ...istilah Pekalongan-nya: rahat. Kalo pun terjadi saling rebutan mainan, itu dah lumrah. Alhamdulillah mereka gampang akrab.
Silaturahim memang bermanfaat. “Murni” silaturahim, tidak dengan embel-embel (sebenarnya ada kepentingan) mau berbisnis, misalkan.
Orang yg kita silaturahimi biasanya akan sangat senang Bahkan mereka biasanya berterima kasih karena kita telah menyempatkan diri, sudi mengunjungi rumah mereka. Walaupun kadang harus “kerepotan” karena kita tidak memberi tahu sebelumnya, mereka tetap gembira menghormati kedatangan kita, menjamu sekadarnya.
Jamuan yg mereka hidangkan buat kita adalah rezki tersendiri buat kita. Hehehe... jadi jangan selalu ngebayangin kalo rezki itu harus berupa uang. Rezki makanan tadi pada hakikatnya (ups! pake istilah ‘hakikat’ sgala...sok serius, nich) tetaplah dari Tuhan, walaupun mereka yg memberi. Tidak jarang juga, dari obrolan-obrolan dalam silaturahim itu, salah satunya akan ada informasi peluang usaha. Ini akan menjadi (peluang) rezki berikutnya. Ya, kan?
Adalah hal yg biasa, dalam silaturahim kita akan saling bercerita tentang (perkembangan) keluarga kita. Dari bermacam-macam sisinya, dari soal anak-anak, pendidikan, pekerjaan, (kontrakan) rumah, sampe lingkungan sekitar rumah. Kita jadi lebih saling mengenal lagi.
Nah, kalo kita sudah ngomongin hal keluarga, satu poin lain yg jarang kelewatan yaitu adanya (sharing) masalah yg dihadapi. Yaa... namanya keluarga, mesti ada lika-likunya. Melalui media silaturahim, alternatif-alternatif solusinya sangat mungkin kita dapatkan. Bahkan, terkadang bukan hanya menjadi alternatif solusi, malahan bisa jadi itulah solusi yg selama ini kita nanti-nantikan.
Tidak dipungkiri juga, bahwa silaturahim akan menambah eratnya jalinan persaudaraan. Termasuk juga, jika ada permasalahan yg terjadi di antara keduanya, sarana ini akan membantu mencairkan suasana tidak kondusif tersebut. Persaudaraan ini akan terus berkesinambungan ketika anak-anak kita melanjutkan tradisi ini.
Begitu indahnya silaturahim, ketika dilakukan dengan penuh keikhlasan dan kelapangan dada. Anak-anak pun sering kali minta agar bisa lebih berlama-lama lagi ketika diajak untuk pulang. “Bi, ntar aja pulangnya. Kita masih mau maen-maen lagi, nich” ujar mereka waktu aku ajak pulang.
Bagaimana pun kami mesti pulang. Dan, memang...akhirnya kami pun pulang, walau anak-anak masih betah dan pengin terus bermain bersama.
Oh ya, terakhir...satu hal lagi dari silaturahim, biasanya ketika mo pamitan nich, adalah saling mendoakan. Sesuatu yg kadang terasa biasa. Namun, sejatinya orang yg didoakan sungguh akan merasakan kenikmatan tersendiri; mendapatkan tambahan modal kepercayaan diri, optimisme. Sebuah harapan terbangun kembali.
Siapa saja yg menyukai untuk mendapatkan kelapangan rezki dan panjang umurnya, hendaklah ia suka/menyambung silaturahim.
Sungguh, (termasuk) sebaik-baik kebajikan adalah seseorang yg menyambung tali persaudaraan dengan kenalan ayah (orang tua)-nya.
No comments:
Post a Comment