Tuesday, January 13, 2009

Mengapa Kita Tidak Perlu Mendukung Palestina [dan Bantahnnaya]

tulisannya mas Akmal, nih

Bagus buat pengetahuan dan pemahaman kita tentang konflik Palestina


* * *


Mengapa Kita Tidak Perlu Mendukung Palestina (dan Bantahannya)



assalaamu’alaikum wr. wb.

Konflik di Jalur Gaza belakangan ini memunculkan wacana yang sangat menarik. Barangkali baru sekaranglah orang-orang bisa mengungkapkan pendapatnya secara lugas, bahkan dengan resiko dikucilkan dari pergaulan sesama Muslim. Di Indonesia, sebagian umat Muslim pun tidak canggung untuk menyatakan ketidaksetujuannya terhadap usaha-usaha mendukung Palestina. Artikel ini insya Allah akan membantahnya dengan cara sebaik mungkin.


Hak Historis Bangsa Yahudi


Ini adalah argumen ‘standar’ untuk membenarkan pendirian negara Israel. Bangsa Yahudi senantiasa mengklaim bahwa mereka berhak atas tanah Palestina. Konon, mereka sudah tinggal di negeri itu sejak jamannya Nabi Ya’qub as.

Argumen ini sebenarnya sangat lemah, karena pada jaman Nabi Ya’qub as., agama Yahudi belum lagi ada. Bani Israil adalah nama yang diberikan kepada keturunan beliau, namun nama itu baru dikenal setelah masa kehidupannya. Tambahan lagi, Nabi Ya’qub as. dan keluarganya bermigrasi ke Mesir secara sukarela saat Nabi Yusuf as. menjadi bendahara negara pada masa itu. Karena mereka pindah secara sukarela, maka tanah asalnya tentu tak bisa diklaim lagi. Lagipula, kalau yang diklaim adalah peninggalan Nabi Ya’qub as., maka umat Islam akan merasa lebih berhak, karena di dalam ajaran Islam, pertalian aqidah lebih kental daripada hubungan darah.

Klaim ‘kepemilikan’ bangsa Yahudi juga tidak jelas. Andaikan bangsa Yahudi memang pernah tinggal di sana, maka mereka bukanlah satu-satunya penghuni negeri itu. Bangsa Romawi dan bangsa asli Palestina pun sudah tinggal di sana sejak lama. Jika tidak ada hitam di atas putih, maka bangsa Yahudi tak boleh mengklaim tanah (apalagi seluas satu negara) sebagai miliknya sendiri. Tambahan lagi, jika bangsa Yahudi mengklaim tanah Palestina atas dasar sejarah, maka benua Australia dan Amerika pun mesti dikembalikan ke pemilik sahnya, yaitu bangsa Aborigin dan Indian.


Tanah yang Dijanjikan


Kaum Zionis mengklaim bahwa tanah Palestina adalah tanah yang dijanjikan kepada mereka, dan klaim ini juga sering didukung oleh umat Nasrani. Namun memaksakan klaim ini adalah sebuah tindakan pemaksaan agama, karena yang setuju hanyalah umat Yahudi dan Nasrani. Kalau boleh menguasai suatu wilayah hanya dengan modal ‘janji Tuhan’, maka umat Islam bisa mengklaim seluruh Bumi, karena Allah SWT telah mengangkat mereka sebagai khalifah fi al-‘ardh. Tentu saja, kalau umat Islam mengklaim sebuah kota saja dengan alasan demikian, maka pasti akan muncul label fundamentalis, radikalis, teroris, atau literalis.


Bangsa Tanpa Negeri


Ada juga yang bersikap lebih ‘humanitarian’ dengan mengatakan bahwa orang-orang Yahudi pada Perang Dunia II terpaksa lari ke tanah Palestina karena didesak oleh NAZI di Eropa. Namun kini beredar teori konspirasi antara NAZI dan kaum Yahudi Zionis. Konon, kaum Yahudi yang pro-Zionisme (yang ketika itu masih minoritas) bekerjasama dengan NAZI untuk membantai saudaranya sendiri, agar mereka mau diyakinkan untuk pindah ke ‘tanah yang dijanjikan’. Namun dengan mengabaikan teori konspirasi ini, argumennya masih saja lemah.

Orang yang lari karena negerinya dilanda konflik adalah pengungsi. Atas nama kemanusiaan, umat Islam pasti akan menerima warga pengungsi dengan tangan terbuka. Sebuah Masjid di Perancis dikenal telah memberikan perlindungan kepada warga Yahudi pada Perang Dunia II, dan masih banyak contoh lainnya. Jika statusnya adalah pengungsi, insya Allah Palestina akan menerima dengan tangan terbuka (walau perlu dipertanyakan : apa iya tidak ada negara lain yang lebih dekat untuk tempat berlabuhnya para pengungsi?). Tapi layaknya pengungsi yang baik, setelah negerinya damai kembali, hendaknyalah kembali ke rumah masing-masing. Dalam kasus Palestina, ‘para pengungsi’ malah semakin kurang ajar, menembaki warga tuan rumah, dan berusaha mendirikan negara di dalam negara. Karena itu, kita tidak perlu lagi memandang kaum Zionis dengan pandangan penuh iba sebagai pengungsi yang tak punya tanah air. Eropa dan AS membuka pintu lebar-lebar kepada mereka, mengapa harus di Palestina?


Perang Antar Negara, Bukan Agama


Kalau dikatakan perang antar agama (yaitu antara Islam dan Yahudi), nampaknya memang tidak. Rasulullah saw. sendiri tak pernah mengobarkan perang dengan umat Yahudi secara keseluruhan. Umat Yahudi pun terbelah dua dalam menyikapi Zionisme Internasional ; ada yang pro dan ada yang kontra.

Namun sebutan ‘perang antar negara’ pun sangat ceroboh, karena statement ini mesti didahului dengan pengakuan terhadap Israel sebagai sebuah negara yang sah. Padahal, kasus yang terjadi adalah penjajahan Palestina oleh Inggris, kemudian Inggris secara sepihak memberikan sebidang tanah kepada kaum Zionis. Kaum Zionis kemudian menerima bantuan dari berbagai negara, termasuk senjata, kemudian mulai mengobarkan peperangan dengan Palestina. Inilah fakta yang dengan susah payah berusaha dikaburkan oleh sebagian pihak.

Bagaimanapun, jika dikatakan bahwa ini adalah perangnya warga Palestina, dan bukan perangnya umat Islam, maka orang yang berkata demikian telah cacat aqidah-nya. Islam tidak mengenal garis perbatasan negara. Selama masih Muslim, maka ia adalah saudara kita ; senasib dan sepenanggungan. Membela umat Muslim yang ditindas adalah kewajiban kita semua, karena Rasulullah saw. menjelaskan bahwa kita adalah bagaikan satu tubuh. Tidak ada pengecualian. Mereka yang tidak ‘gerah’ menyaksikan penderitaan umat Islam di Palestina sebaiknya mulai mengkhawatirkan kondisi keimanannya sendiri, kalau-kalau dalam waktu dekat akan dipanggil Allah SWT.


HAMAS yang Memulai


Sebagian orang berkata bahwa HAMAS-lah yang merusak gencatan senjata dengan menyerang duluan. Cukup mengherankan melihat betapa banyak orang menggarisbawahi ‘pelanggaran gencatan senjata’ kali ini (andaikan memang itu yang terjadi), sementara mereka dulu diam sejuta bahasa ketika kaum Zionis berulang kali melanggar perjanjian. Namun dalam menanggapi masalah apa pun, hendaknya diingat bahwa dalam kasus Palestina yang terjadi adalah pencaplokan wilayah. Tentunya kaum pejuang bebas menyerang penjajah kapan pun mereka bisa. Bangsa Indonesia harusnya tahu betul tentang itu.


Yang Dekat Duluan


Ada juga yang dengan tidak tahu malunya berkata, “Ngapain urus Palestina, mending urus saudara di Indonesia dulu?” Secara prinsip memang benar, yang dekat lebih prioritas untuk diurus. Namun menentukan prioritas bukan hanya dengan mempertimbangkan faktor jarak. Dalam buku Fikih Prioritas, Syaikh Yusuf al-Qaradhawi telah memaparkan panjang lebar mengenai hal-hal yang mesti dipertimbangkan sebelum menentukan skala prioritas. Misalnya, jika ada tetangga yang miskin, tentu ia lebih berhak untuk kita sedekahi. Akan tetapi jika ada warga di kota lain yang terancam nyawanya, sementara tetangga kita bisa menunggu sebentar, maka tentu yang lebih gawat urusannyalah yang harus didahulukan.

Kontradiksinya akan kelihatan jelas di lapangan. Mereka yang menggunakan pernyataan di atas biasanya hanya menghindar dari kewajiban. Mereka bilang lebih baik mengurus yang dekat, padahal yang dekat pun tak pernah mereka urusi. Dalam acara debat di sebuah stasiun televisi, sangat menggelikan melihat sebuah parpol menyuruh parpol lain agar jangan fokus ke Palestina, dan lebih baik mengurusi warga Indonesia dahulu. Padahal parpol yang dikritiknya itu adalah parpol yang paling rajin menggelar aksi sosial, baik untuk urusan umat di dalam negeri maupun umat di luar negeri. Parpol yang mengkritik justru jarang kelihatan aksinya ; di dalam dan di luar negeri. Demikian pula jika ada orang yang menggunakan argumen serupa, sebaiknya dikembalikan pada mereka : “Apa yang sudah antum perbuat untuk saudara-saudara antum di dalam negeri?”. Faktanya, dalam hal aksi sosial, yang terjadi adalah 4L (lu lagi, lu lagi). Yang mengurusi musibah di Aceh, Sidoarjo, dan Palestina, biasanya yang itu-itu juga orangnya. Dan yang bermalas-malasan dan mengajukan seribu pembenaran untuk tidak berbuat apa-apa biasanya juga yang itu-itu saja.


Eksploitasi Isu Untuk Kampanye


Sebenarnya ketimbang mempertanyakan mengapa demo mendukung Palestina yang diadakan oleh PKS 2 Januari yang lalu itu banyak menggunakan atribut PKS, lebih baik mempertanyakan kemana perginya parpol-parpol lain yang kocek-nya jauh lebih tebal? Parpol-parpol yang sanggup pasang iklan di televisi dengan durasi dan pengulangan yang sangat banyak di prime-time seharusnya merasa malu dengan kecilnya sumbangan mereka dalam masalah Palestina.

Melarang atribut parpol untuk digunakan dalam kampanye mendukung Palestina pun cenderung tidak masuk akal. Atribut adalah identitas, dan fungsinya untuk membedakan. Memang perlu menunjukkan siapa yang berdemonstrasi, karena berjamaah selalu memiliki kekuatan politis yang lebih kuat daripada bergerak sendiri-sendiri. Dengan menggunakan atributnya, para kader PKS seolah mengatakan, “Hei, di Indonesia ada sebuah partai besar yang tidak rela dengan kelakuan Zionis! Jangan main-main!”. Statement itu bertambah kuat dengan munculnya kesan solid yang ditampilkan oleh para pendemo. Jika seluruh parpol, lembaga dakwah, harakah, dan ormas lainnya mau berdemo dengan atributnya masing-masing, maka alangkah dahsyat kesan yang ditimbulkannya di media massa. Lain dengan demonstrasi yang dihadiri oleh para demonstran bayaran, yang entah datang dari mana, entah dari organisasi apa, entah pakai atribut apa, dan entah bagaimana akhlaq-nya.

wassalaamu’alaikum wr. wb.

Thursday, January 1, 2009

Hari Gini Menghafal Al-Quran?

Tidak ada yg mengingkari kebenaran Al-Quran dan isinya.
Tidak ada pula yg mengingkari keutamaannya, termasuk keutamaan dekat dengannya.

Banyak yg pengin bisa menghafalnya.
Tapi banyak pula alasan yg akhirnya "menghalangi" untuk tidak merealisasikan keinginan menghafalnya itu.
Keinginan tinggallah keinginan. Telah tertulis panjang daftar alasan untuk tidak mewujudkan keinginan itu.

Pengalaman di bawah ini bisa menjadi pelajaran dan inspirasi buat kita..

* * *


ADAKAH SOSOK PENGHAFAL SAAT INI YANG SUPER SIBUK??


Pertanyaan

Assalamu 'alaikum wr.wb

Mudah2an ALLAH MEMUDAHKAN URUSAN ANTUM. Ada satu hal yang ingin saya tanyakan. Banyak sekali buku tentang tips bagaimana menghafal al quran dan sejenisnya. Namun diantara yang sudah tersebar, saya belum menemukan sosok penghafal yang baru sadar untuk mulai menghafal al quran ketika usia sudah tidak lagi muda, bukan hanya usia namun aktivitas yang begitu padat ditambah lagi urusan keluarga yang menyita waktu dan tenaga. Yang ada hanya sosok-sosok hafidz yang berhasil menghafal ketika di pesantren dan lembaga sejenisnya, ketika usia masih fresh-freshnya dan tentu saja belum berkeluarga. Bagi kami, wajar jika mereka bisa menghafal alquran, namun bagi kami sangat sulit menduplikasikan kesukesan mereka karena kondisi yang jauh berbeda. Bukankah untuk meraih kesuksesan akan sebuah cita2, kita harus mengikuti langkah orang2 yang sudah sukses lebih awal. Untuk itu kami mohon kepada ustadz, untuk menceritakan atau membagi informasi kepada kami mengenai orang2 yang sibuk,sudah berkeluarga tapi diberikan kesempatan menghafal Alquran. Terima kasih

Wassalam

Anto


Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Subhanallah, saya doakan semoga Allah SWT memudahkan segala urusan bapak, terutama tekad bapak yang mulai tumbuh dalam menggapai cita-cita seperti para 'senoir' Bapak yang telah hafal Al-Qur'an.
Saya ingin mengajak Bapak untuk bersama-sama merenungi Firman Allah SWT dalam surat Al-Qamar, surat ke-54 ayat 17, 22, 32 dan 40.

"Sungguh telah kami mudahkan Al-Qur'an itu untuk diingat, maka apakah ada orang yang mengambil pelajaran?".

Di sini secara jelas Allah SWT menjamin bahwa belajar dan menghafal Al-Qur'an adalah pekerjaan yang sangat mudah. Ayat ini berulangan sampai empat kali, ini adalah sebagai penegasan dari Allah SWT bahwa Al-Qur'an mudah dipelajari, difahami, dihafal bahkan Al-Qur'an mudah diamalkan.
Memang selama ini banyak saudara-saudara kita yang berhasil mengahafal Al-Qur'an sampai 30 juz, kebanyakan dari mereka melakukan aktifitas menghafalnya di pesantren Tahfizh Al-Qur'an, umur masih muda, tidak disibuki dengan urusan keluarga. Singkat kata, mereka berkonsentrasi penuh di sebuah tempat khusus menghafal Al-Qur'an.
Memang sekarang ini anggapan kita bahwa menghafal Al-Qur'an hanya bisa di lakukan di pesantren Tahfizh Al-Qur'an dan lembaga sejenisnya, yah ini tidak bisa dipungkiri. Tapi Alhamdulillah kemudahan menghafal Al-Qur'an ternya Allah SWT berikan kepada banyak saudara-saudara kita yang selama ini barangkali tidak banyak kita ketahui. Alhamdulillah walupun memiliki kesibukan yang tidak sedikit namun banyak saudara-saudara kita mampu untuk menghafal Al-Qur'an bahkan diantara mereka telah selesai 30 juz.


Super sibuk bisa menghafal Al-Quran

Saya ingin bercerita sedikit tentang sebagian orang yang selama ini saya ketahui disibuki oleh keluarga, pekerjaan dan aktifitas lainnya bahkan umur juga sudah tidak lagi muda, namun mereka bisa melakukan apa yang dilakukan oleh para pengahafal Al-Quran di pesantren. Insya Allah, kisah orang-orang mulia berikut ini akan dapat memberikan inspirasi dan semangat baru bagi kita yang selama ini menghadapi kesulitan dalam melestarikan kitabullah, terutama dalam bentuk hafalan :

Pertama :
Sebut saja Fatimah (bukan nama sebenarnya), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah Condet Bale Kambang Jakarta Timur ini, yang sejak lama sadar akan mulianya menghafal Al-Qur'an ini, mulai menjalankan aktifitas belajar tahsin tilawah (memperbaiki bacaan Al-Qur'an) di sebuah lembaga Al-Quran (pulang pergi, tidak mondok dan kegiatan belajar dan mengajarnya tidak setiap hari). Saat ini umur sang ibu tidak lebih dari 56 tahun. sejak 5 tahunan lalu beliau mulai mempelajari tahsin tilawah dengan bimbingan seorang guru tahfizh Al-Qur'an, setelah mendapatkan lampu hijau dari sang pembimbing, mulailah dia menghafal Al-Qur'an. Sebagai seorang ibu rumah tangga tentunya ibu Fatimah ini banyak disibuki oleh pekerjaan rumah secara rutin setiap hari. Namun atas izin Allah SWT,setelah lima tahun beliau berjuang untuk menghafalkan Al-Qur'an, akhirnya berhasil menghatamkan hafalan Al-Qur'an seluruhnya, 30 juz.. Tentu ini semua tidak mudah dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki tekad yang kuat dalam mencapai cita-citanya untuk menghafal Al-Quran. Apalagi dengan memiliki 1001 alasan yang telah dikantonginya untuk tidak bisa menyisihkan dan mengkhususkan waktu untuk belajar dan mengafal Al-Qur'an.


Kedua :
Bu Maryam Ramayani, ibu rumah tangga asal Sumatra Barat kini telah tiga tahun lalu telah menyelesaikan hafalan Al-Quran 30 juz.. Beliau mulai menghafal Al-Quran pada umur 33 tahun. Alhamdulillah, dengan bimbingan seorang Ustadz yang hafal Al-Quran 30 juz, ibu dari dua orang anak ini mampu mengikuti jejak para penghafal Al-Quran. Di samping sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus mengurusi suami dan kedua anaknya, senin sampai jumat beliau juga terlibat aktif dalam perkuliahan di sebuah Sekolah Tinggi Islam di bilangan Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Selain aktif dalam kegiatan dakwah, sang ibu saat menghafal Al-Quran juga aktif mengajarkan Al-Quran kepada anak-anak di Komplek DPR RI Kali Bata Jakarta Selatan. Karena dengan mengajarkan Al-Quran sambil menghafal akan terasa lebih mudah dan banyak keberkahan, sehingga atas pertolongan Allah SWT dalam waktu yang cukup singkat sekitar 3,5 tahun untuk ukuran orang sibuk, alhamdulillah Ibu Maryam mampu menyelesaikan hafalan Al-Quran 30 juz.. Salah satu upaya yang telah dijalankan dalam menghafal Al-Quran di sela-sela kesibukannya, beliau menghafalkan dengan bantuan Mushaf Al-Quran terjemahan; karena dengan bantuan terjemahan ini akan memberikan pemahaman akan ayat atau surat yang akan dihafal dan juga lebih mudah untuk selalu diingat.


Ketiga :
Pak DDD 43 tahun, Kebetulan dia tetangga saya di jatimakmur Pondok Gede Bekasi. Sejak tahun 90an beliau mulai menghafal Al-Qur'an surat-surat pendek kemudian dilanjutkan dengan surat-surat yang agak panjang. Bapak dari 9 anak bekerja sabagai peneliti di LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) kini telah menghafal Al-Qur'an tidak kurang dari 9 juz. Beliau memiliki konsistensi yang baik, komitmen dengan waktu dalam menghafal Al-Qur'an walaupun dengan kesibukannya yang tidak sedikit. Sebagai seorang aktifis dakwah beliau tidak lupa membekali dirinya dengan bekal ilmu agama, diantara dengan menghafal Al-Qur'an. Tidak lepas dari diri beliau sebuah mushaf mini yang selalu ada di saku bajunya, sehingga bila ada waktu luang maka tidak dilewatkan begitu saja melainkan diisinya dengan kegiatan menghafal Al-Qur'an.
Bila dalam perjalanan, seringkali beliau menggunakan walkman untuk selalu mendegarkan murottal Al-Qur'an. Karena dengan banyak mendengarkan murottal Al-Quran, pasti proses menghafal akan terasa lebih mudah. Memang untuk menghafalkan Al-Qur'an ini beliau agak 'memaksakan' dirinya, karena kalau tidak mana bisa orang sesibuk beliau yang sedang menyelesaikan program S3nya di Institut Pertanian Bogor (IPB) memiliki hafalan yang tidak sedikit ini mampu sekian banyak juz dalam Al-Quran. Terlebih beliau harus selalu mendidik anak-anaknya yang yang jumlahnya hampir selusin. Anak pertama beliau yang kini telah bergelar sarjana S1 di IPB sejak lama telah menyelesaikan hafalan Al-Quran 30 juz. Anak ke-2, 3, 4 dan ke-5 sudah hafal mulai dari 3 juz sampai 20 juz lebih. Jadi sepertinya bapak yang rambutnya sudah mulai memutih ini ingin sekali anak-anaknya menjadi para penghafal Al-Quran, sehingga tercipta sebuah rumah yang berpenghuni para penghafal Al-Quran, oh alangkah indahnya.


Tidak bisa menghafal tapi mampu membantu menghafal

Alhamdulillah, sejak 3 tahun silam saya dan kawan-kawan mendapatkan amanah mulia dan juga beban yang begitu besar dalam pengelolaan sebuah lembaga yang mengurusi anak-anak dan pelajar untuk menghafal Al-Quran 30 juz. Saat ini ada sekitar tujuh puluhan santri sedang aktif dalam kegiatan menghafal Al-Quran di lembaga ini yang kami beri nama Lembaga Pendidikan Tahfizhul Quran (LPTQ) AL-UMM yang berada di bawah naungan Yayasan Istiqomah bina Umat, yang berkantor pusat di Jatimakmur Pondok Gede Bekasi.

Santri kami yang berjumlah 70an ini tersebar di beberapa wilayah di Jakarta Utara dan Bekasi. Kami menggunakan istilah Cluster untuk setiap wilayah yang terdapat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) santri. Alhamdulillah sampai saat ini 8 orang ustadz yang terlibat dalam KBM semuanya hafal Al-Quran 30 juz. KBM di LPTQ AL-UMM hanya tiga hari dalam satu pekan, atau 10 jam. Santri tetap tinggal bersama keluarga di rumah dan tidak mondok.

Alhamdulillah ada salah seorang santri kami yang baru bergabung 1 tahun sudah mampu menghafal 10 juz, dan santri lainnyatelah hafal antara 3 sampai 8 juz. Pendidikan di LPTQ AL-UMM gratis 100 % dan berbeasiswa 100 ribu setiap bulannya untuk mereka yang mencapai target 1/2 juz per-bulan. Dari mana sumber dananya?, di sini Allah SWT menggerakan tangan manusia-manusia mulia untuk menyisihkan sebagian rizki mereka untuk sebuah cita-cita mulia ini. Lebih lengkapnya silahkan berkunjung ke www.al-umm.net

Juga sejak Februari 2008 lalu saya dan kawan-kawan para penghafal Al-Quran telah mendirikan sebuah Lembaga untuk mendukung pembinaan para guru Al-Quran, yang salah satu programnya adalah mengajarkan masyarakat baca tulis Al-Quran, menghafal bahkan sampai pada tingkat mampu mengajarkankan tafsir Al-Quran sehingga ke depan mampu pula untuk mengamalkannya.

Alhadulillah kini telah bergabung bersama Lembaga kami yang baru ini, yang kami beri nama MUNTADA AHLIL QURAN (THE QURANIC QOMMUNITY FORUM) sekitar 30 Ustadz dan ustadzah penghafal Al-Quran, 15 di antara mereka hafal 30 juz, dan 5 orang telah memiliki sanad sampai ke Rasulullah SAW.

Ada banyak kawan-kawan saya yang ingin sekali menghafal Al-Quran namun karena banyak kesibukan dan lain sebagainya, akhirnya di antara mereka ada yang mengatakan walau saya tidak mampu menghafalkan Al-Quran, tetapi saya bisa membantu ustadz dalam hal pendanaan, alhamdulillah sampai saat ini berjalan lancar. kawan yang lain yang juga tidak mampu terlibat dalam menghafalkan Al-Quran, tetapi dengan ikhlasnya mereka dapat membantu kami dalam pengadaan komputer, pembuatan web site dan lain sebagainya. Mudah-mudahan awal bula November 2008 nanti web site MUNTADA AHLIL QURAN (THE QURANIC QOMMUNITY FORUM) : www.muntadaquran.net, sudah bisa diakses.

Oleh karenanya kami mengajak saudara-saudara semua, khususnya para pengunjung www.warnaislam.com, dan kaum muslimin para pencinta Al-Quran pada umumnya untuk berinvestasi amal shalih melalui LPTQ AL-UMM maupun MUNTADA AHLIL QURAN (THE QURANIC QOMMUNITY FORUM) . Walaupun kita tidak mampu menghafalkan Al-Quran, tetapi kita mampu menbantu mewujudkan cita-cita mulia ini, semoga Allah SWT memberikan kemudahan kepada kita semua dan menerima semua amal ibadah kita dan menjadikannya sebagai pemberat amal shalih kita di akhirat kelak dan akhirnya kita dimasukkan ke dalam surga-Nya. Aamiin yaa Rabbal 'aalamiin

Wallahu a'lam bish-shawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

* * *
tulisan di atas bersumber dari sini