Thursday, August 30, 2007

Jangan Biarkan Anak-anak Tersesat

I Made Wiryana

Beberapa produk komputer yg ditujukan untuk anak telah mulai diluncurkan. Didesain dengan harga murah, dan dengan ukuran yg lebih kecil. MIT yg diprakarsai Nicholas Negroponte mendesain OLPC (One Laptop Per Children) seharga 150-an USD. OLPC hanya akan disebarkan di negara berkembang yg mendaftarkan diri berpartisipasi dalam program ini. Lagi-lagi Indonesia hanya bengong saja, berbeda dengan Brazil, Libya, Thailand, dan negara Afrika seperti Nigeria.

OLPC ini cukup lengkap dengan fungsi multimedia, mikrofon, dan kamera, serta WLAN. Intel tidak mau kalah juga dengan mengeluarkan notebook untuk anak yg berjuluk Classmate, yg juga telah dilengkapi dengan WLAN, serta menggunakan listrik yg irit. Classmate ini memiliki LCD berukuran 800 x 480. Notebook yg dapat menjalankan Linux di Perancis, diberikan ke siswa sekolah.

Produk sejenis lainnya adalah ASUS EeePC (3ePC) seharga 190 USD, yg diluncurkan dalam pameran Computex 2007 di Taiwan, dan langsung menyedot perhatian. Notebook ini menggunakan flash disk 2 GB. Komputer ini pre-install Linux dengan GUI, yg disesuaikan agar mudah digunakan. Cocok untuk anak-anak, karena berukuran 225 x 165 x 21-35 mm, dengan layar 7 inch, dan berat sekitar 890 gram. ASUS EeePC menggunakan clock sekitar 1 Ghz, yg dilengkapi modem, ethernet, dan WiFI, serta sistem audio beserta speaker, dan kamera video.

Banyak pihak yg langsung “ngiler” ingin memberli notebook ini untuk anak-anak demi mempersiapkan diri menghadapi era informasi. Tapi tanpa mempertimbangkan perangkat lunak yg digunakan, bisakah membeli prpgram aslinya? Yg jauh lebih mahal dari harga notebook ini? Orang tua yg “ngebet” itu dengan santainya memutuskan memakai program bajakan, yg penting anak tidak gaptek dan tahu memakai program. Mereka tidak sadar telah meracuni anak-anak yg masih kecil dan bersih jiwanya ini dengan racun pembajakan di otaknya. Secara tidak sadar tertanam dalam pemikiran anak-anak, bahwa memakai program bajakan itu sah-sah saja.

Sulit bagi orang tua untuk membeli perangkat lunak proprietary yg bisa lebih dari 3juta rupiah. Begitu juga sekolah, berapa biaya total bila ingin memperkenalkan komputer ke anak SD. Daripada membeli lisensi perangkat lunak, mungkin sebaiknya dananya digunakan untuk menaikkan gaji para gurunya, atau membeli buku. Bila kini saya menyarankan penggunaan program Open Source untuk anak-anak, akan banyak orang berkata, “Jelas saja, Anda kan aktivis Open Source, jadi punya agenda memasyarakatkan Open Source”. Mirip komentar orang ketika 9 tahun lalu, saat saya memperingatkan masalah sweeping, sistem KPU, dan sebagainya.

Waktu yg berbicara, ketika sekarang legalitas menjadi masalah bagi warnet, orang baru menyadari peringatan itu. Saat sekarang banyak perusahaan sibuk bermigrasi daripada dikejar-kejar tukang tagih lisensi, mungkin baru teringat pesan saya yg dulu. Bukan maksud saya menepuk dada menunjukkan ampuhnya ramalan ala paranormal saya, tapi ini bukti bahwa suatu keputusan yg mengabaikan beberapa pertimbangan yg berisiko akan menimbulkan kesulitan lebih besar di kemudian hari.

Begitu juga dengan komputer untuk anak ini. Kita lagi-lagi seperti terlambat, tidak memikirkan platform apa yg tepat untuk pendidikan komputer di usia dini ini. Open Source tidak saja menyediakan beragam program untuk si kecil, misal Pysycache, gcompris, childsplay, atau GUI khusus seperti SUGAR yg digunakan di OLPC, tapi juga lingkungan belajar pemrograman seperti Squeak, eToys, dan Scratch, tapi Open Source memberikan platform pendidikan bagi si kecil yg lebih dari itu, baik dari sisi teknis maupun nonteknis.

Pada prinsipnya, dalam memperkenalkan komputer ke anak-anak adalah konsep komputerisasi dan pemecahan masalah secara logis dan algoritmis. Tidak perlu atau malah tidak cocok kalau harus belajar program yg sama, dan biasa digunakan orang dewasa (yg sebetulnya digunakan untuk lingkungan kantoran). Di sinilah salah kaprah yg terjadi dalam pengajaran perangkat lunak ke anak SD di Indonesia. Kelebihan teknis dari Open Source adalah memungkinkan adanya pengubahan secara cepat.

*diambil dari edisi cetak majalah infoLinux bulan Agustus 2007*
gambare dari sini

Wednesday, August 29, 2007

Di Tengah Keletihanku, Tamu itu Makin Mendekat

Lebih dari dua pekan ini sungguh sangat melelahkan aku. Tidak hanya melelahkan secara fisik, secara ruhiyah pun aku kecape'an. Kerjaan kantor begitu dahsyatnya mengejar-ngejarku. Adanya reorganisasi direktorat kantorku ini berimbas pada banyak hal yg harus dilakukan oleh kantor2 operasional di daerah2, termasuk di kantorku. Ya, penyesuaian2 itu, dari kantor lama ke kantor baru -plus juga adanya sedikit perubahan di tingkat departemen- membuahkan banyak kerjaan yg kudu diselesaikan segera. Deadline2 yg mepet saling berlomba untuk minta cepet2 dituntaskan. Dan salah satunya akulah, yg ketiban rejeki untuk segera menyelesaikan beberapa urusan itu. Jumlah pegawai yg lebih sedikit dibanding sebelum kantor ini direorganisasi, makin menguatkan kesan sibuknya kondisi kerjaan yg ada.

Di luar itu, yg menambah kelelahanku adalah adanya tugas kepanitiaan di kampung pada tujuhbelasan kemaren. Yg membuatku tambah lelah lagi secara psikis adalah kenyataan yg terjadi bahwa panitia yg ada tidak berjalan dg baik & optimal. Banyak agenda yg dihandle oleh pengurus RT nya langsung. Aku yg memang sebenarnya kurang terbiasa ngurus & ngikutin acara2 kekgituan (tau sendiri, kan...tujuhbelasan itu kek apa?), hanya sekadar ngebantu jadi sekretaris panitianya, jadi makin nggak enak. Sang ketua -boss panitia ini- sering nggak muncul (dg berbage alasannya), panitia yg laen belum terkoordinasi dg baek. Jadilah acara2 tujuhbelasan itu berjalan seadanya. Tetep 'alhamdulillah' sih, acaranya bisa berjalan. Tapi, ya .. itu, bejalannya dg cukup 'sempoyongan'. Memang, akhirnya yg kami prioritaskan adalah acara utk anak2 (buat nggembirain mereka) dan jalan santai. Yg terakhir ini merupakan acara taonan yg selalu diadakan; jalan2 bareng, banyak keluarga satu kampung/RT, terus bagi2 durprez.

Dua kesibukan tadi masih harus disertai dg aktivitas tetepku di luar kerjaan, yg biasanya kulakukan pada waktu malam harinya, setelah pulang kantor. Kegiatan bersama temen2 utk saling berbagi tentang keberislaman kita. Biar kita tidak hanya berislam karena keturunan aja. Biar kita makin bertambah wawasan kita. Biar kita makin tau & makin bisa menyesuaikan diri lebih dekat dg apa yg kita anut. Juga, untuk selanjutnya, biar kita bisa ikut berbagi ato membagikannya -ilmu ato pengalaman itu- ke orang laen. Makanya, kalo dirasa memunkinkan -dalam forum sharing/ta'lim itu- biasanya sekalian kita bikin agenda acara laen yg bisa memberi manfaat ke orang laen yg lebih banyak.

Di tengah2 aktivitas macam itulah -juga tentunya rutinitas dalam keluarga yg tetep berjalan- lelah & cape' itu menghinggapi. Parahnya, rutinitas laen yg mestinya bisa kujaga pula dg baek, malahan terlalaikan. Tilawah quran ku cukup berantakan. Hubunganku dg Yg di Atas, walo tetep dilakukan -& selalu dijaga utk bisa shalat jamaah, misalnya- namun kurang terasa kenikmatannya. 'Tarikan' bumi nampaknya cukup kuat menyedot energiku.
Berhenti sejenak utk menata kembali, kukira pilihan bijak yg mesti dilakukan.

* * *

Kurang lebih dua pekan lagi Tamu Agung itu kan hadir. Aku harus bisa menyambutnya dengan sebaik2nya. Menghormati dan menghargainya. Memuliakannya, sebagaimana tamu lain yg juga sangat disarankan bagi kita utk memuliakannya. “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya”.
Sembari menata kembali, lepas dari jeratan kesibukan yg 'nggak-tekendali-lagi', sekaligus siap2 menyambut Tamu Agung yg sudah makin dekat, hampir sampai di depan pintu rumah. Aku harus menata diri dulu. Agar aku pantas dan sopan dalam menyambut kedatangannya. Agar dia juga betah bertamu kepadaku. Agar dia tidak segan2 memberikan hadiah yg bermanfaat buatku. Agar dia tidak kecewa menghampiriku. Agar dia bisa menceritakan kegembiraan dan kepuasannya selama bertamu ke tempatku, ketika dia saatnya pergi kembali nanti.

AHLAN WA SAHLAN YAA RAMADHAAN
Selamat datang wahai bulan suci Ramadhan


*gambare saka kene*

Friday, August 3, 2007

R e m

Alhamdulillah, beberapa hari lalu motorku telah kembali normal, ‘kehidupan’ku pun kembali normal juga. Motorku (hehehe...tepatnya motor kantorku) baru diservis bagian rem depannya yg cakram itu: ganti kampas rem, tambah minyak rem, de el el. Tiga hari sebelumnya merupakan hari-hari yg cukup ‘menyiksa’ bagiku. Bagaimana tidak, rem belakang motor ini dah kurang bagus; dah gitu rem depannya lebih parah lagi, ga berfungsi, alias blonk…!! Aku yg biasanya naek motor cukup laju akhirnya harus menyesuaikan dengan kondisi ini. Sebenarnya aku sendiri penginnya pelan2 aja kalo naek motor. Tapi berhubung manajemen waktuku termasuk kurang bagus, maka aku sering merasa banyak hal yg perlu dilakukan segera. Karena perlu segera, berarti aku harus cepat2 menuju ke sana, kalo kebetulan tempatnya tidak dekat. Harus cepat2 berarti aku harus laju mengendarai motorku, ato ... ngebut.

Kebayang kan jadinya, gimana rasanya kalo kita yg biasanya begitu, tiba2 rem motornya yg jadi andalan ga berfungsi. Klo mo diturutin terus (ngebutnya), bisa-bisa (banyak) memakan korban toh? Ya, mau ga mau aku harus mematuhi kondisi yg ada. Sesekali lah, nyatee. Sambil merenungkan dan mengambil hikmah2 yg bisa dipungut.
Betapa rem itu sangat perlu banget gitu, loh (sebenernya dah tau, sih,,cuma, jadi tambah ngeh aja, gthu lho). Kalo ada sesuatu yg hampir ketabrak (dengan berbagai kondisi dan sebabnya) yg memang harus dihindari, rem bisa difungsikan agar tabrakan tidak terjadi. Bagian kecil ini memang merupakan unsur penting pada motor/kendaraan. Menjadi alat vital, gitu. Yg dengan tidak adanya menjadi sangat beresiko.

* * *
Kayaknya hidup ini juga memerlukan rem, deh. Hidup, mulai dari bangun tidurnya, mandinya, berpakaiannya, makannya, minumnya, kerjanya mencari nafkah, bermainnya, beribadahnya, sampai tidurnya kembali –dan juga aktivitas laennya dalam hidup kita– perlu dilakukan sedemikian rupa agar seimbang dan mendatangkan manfaat. Kalo ada salah satu ato beberapa bagianya yg kelajuan, perlulah untuk direm. Ditahan sedikit, lebih dikendalikan lagi.

Misal, kalo suka makan makanan terntentu, makanlah secukupnya aja, walo stok makanan itu menumpuk. Ga bagus buat kesehatan kalo berlebihan. Juga, ga bagus buat kantong kita, heheheh makin cepet nanti kempesnya. Selain itu, sebenernya juga berpengaruh pada sikap mental kita, seperti bisa membuat kita jadi malas. Bagus, klo emang ada (makanan) yg berlebih, dan kita sudah merasa cukup, yaa dibagi-bagi ke sekitar kita. Itu bisa membuat orang senang, bahagia. Biasanya mereka akan mendoakan kita. Insya Allah kita bisa menjadi lebih baik lagi, bisa mendapatkan yg laen lagi. Bisa berbagi lagi.

Misalnya lagi kalo kita dah pensiun, eheheheh…ato belum/ga punya kerjaan, dah gitu kita punya uang banyak lagi, dah gitu lagi kitanya suka ama yg namanya tidur,, udah deh, bisa tidur seharian ituu. Yaa tetep ajalah, bagusnya tidur tuh seperlunya. Ya, ga? Walo kita ga punya kerjaan, duitnya banyak, tidurlah secukupnya, manfaatkan waktu lain untuk aktivitas laennya. Hobi qo tidur, munkin ada yg begitu ya?? Tanpa hobi tidur pun, kalo kita mo itung2 waktu tidur kita, selama hidup kita (diasumsikan jatah umut kita 63taon, misalkan), dengan rata2 tidur 7-8jam sehari, kita akan kaget …berapa banyak waktu yg kita pake buat tidur duank selama hidup kita. Ayo..ayo..semangat!!

Lagi, misal yg laen adalah sedih dan duka. Ini adalah bagian dari hidup manusia. Kadang ada orang yg menikmati kesedih-dukaannya dengan mendayu-dayu; menikmati banget gitu. Sampe membawa beliaunya terbang entah ke mana, ke alam impiannya. Ada lho, yg gitu. Yg nulis, klo ga kliru, kayaknya pnah ngalamin deh. Hueheheheheh… Harus segera sadarlah kalo terjadi yg kek ginian. Ga produktif banget gitu. Mending secukupnya, bisa setelah itu ditulis deh. Tapinya juga, kalopun mo ditulis, ditulisnya juga yg bisa memberi manfaat, ada hikmahnya; jangan memperpanjang kesedih-dukaannya lagi. Hmm….gitu, ya??

Yup, gitu deh. Kita mesti pande2 mengatur hal2 kita. Kalo ada salah satu ato beberapa yg berlebihan, otomatis itu akan mengurangi bagian yg laen dari diri kita. Yaa pokoknya diatur ajalah, gimana biar bisa seimbang.

Btw, tentang ngebut ato laju dalam berkendaraan, terkadang memang diperlukan (eh, bener ga, sih??). Ya, bisa dibilang ini menjadi salah satu ketrampilan yg sewaktu-waktu di tempat tertentu, untuk suatu keperluan, memang patut diterapkan. Tentunya tetep dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan kendaraannya ya.
Kalo buat pak pulisi, harus bisa kali, ya??