I Made Wiryana
Beberapa produk komputer yg ditujukan untuk anak telah mulai diluncurkan. Didesain dengan harga murah, dan dengan ukuran yg lebih kecil. MIT yg diprakarsai Nicholas Negroponte mendesain OLPC (One Laptop Per Children) seharga 150-an USD. OLPC hanya akan disebarkan di negara berkembang yg mendaftarkan diri berpartisipasi dalam program ini. Lagi-lagi Indonesia hanya bengong saja, berbeda dengan Brazil, Libya, Thailand, dan negara Afrika seperti Nigeria.
OLPC ini cukup lengkap dengan fungsi multimedia, mikrofon, dan kamera, serta WLAN. Intel tidak mau kalah juga dengan mengeluarkan notebook untuk anak yg berjuluk Classmate, yg juga telah dilengkapi dengan WLAN, serta menggunakan listrik yg irit. Classmate ini memiliki LCD berukuran 800 x 480. Notebook yg dapat menjalankan Linux di Perancis, diberikan ke siswa sekolah.
Produk sejenis lainnya adalah ASUS EeePC (3ePC) seharga 190 USD, yg diluncurkan dalam pameran Computex 2007 di Taiwan, dan langsung menyedot perhatian. Notebook ini menggunakan flash disk 2 GB. Komputer ini pre-install Linux dengan GUI, yg disesuaikan agar mudah digunakan. Cocok untuk anak-anak, karena berukuran 225 x 165 x 21-35 mm, dengan layar 7 inch, dan berat sekitar 890 gram. ASUS EeePC menggunakan clock sekitar 1 Ghz, yg dilengkapi modem, ethernet, dan WiFI, serta sistem audio beserta speaker, dan kamera video.
Banyak pihak yg langsung “ngiler” ingin memberli notebook ini untuk anak-anak demi mempersiapkan diri menghadapi era informasi. Tapi tanpa mempertimbangkan perangkat lunak yg digunakan, bisakah membeli prpgram aslinya? Yg jauh lebih mahal dari harga notebook ini? Orang tua yg “ngebet” itu dengan santainya memutuskan memakai program bajakan, yg penting anak tidak gaptek dan tahu memakai program. Mereka tidak sadar telah meracuni anak-anak yg masih kecil dan bersih jiwanya ini dengan racun pembajakan di otaknya. Secara tidak sadar tertanam dalam pemikiran anak-anak, bahwa memakai program bajakan itu sah-sah saja.
Sulit bagi orang tua untuk membeli perangkat lunak proprietary yg bisa lebih dari 3juta rupiah. Begitu juga sekolah, berapa biaya total bila ingin memperkenalkan komputer ke anak SD. Daripada membeli lisensi perangkat lunak, mungkin sebaiknya dananya digunakan untuk menaikkan gaji para gurunya, atau membeli buku. Bila kini saya menyarankan penggunaan program Open Source untuk anak-anak, akan banyak orang berkata, “Jelas saja, Anda kan aktivis Open Source, jadi punya agenda memasyarakatkan Open Source”. Mirip komentar orang ketika 9 tahun lalu, saat saya memperingatkan masalah sweeping, sistem KPU, dan sebagainya.
Waktu yg berbicara, ketika sekarang legalitas menjadi masalah bagi warnet, orang baru menyadari peringatan itu. Saat sekarang banyak perusahaan sibuk bermigrasi daripada dikejar-kejar tukang tagih lisensi, mungkin baru teringat pesan saya yg dulu. Bukan maksud saya menepuk dada menunjukkan ampuhnya ramalan ala paranormal saya, tapi ini bukti bahwa suatu keputusan yg mengabaikan beberapa pertimbangan yg berisiko akan menimbulkan kesulitan lebih besar di kemudian hari.
Begitu juga dengan komputer untuk anak ini. Kita lagi-lagi seperti terlambat, tidak memikirkan platform apa yg tepat untuk pendidikan komputer di usia dini ini. Open Source tidak saja menyediakan beragam program untuk si kecil, misal Pysycache, gcompris, childsplay, atau GUI khusus seperti SUGAR yg digunakan di OLPC, tapi juga lingkungan belajar pemrograman seperti Squeak, eToys, dan Scratch, tapi Open Source memberikan platform pendidikan bagi si kecil yg lebih dari itu, baik dari sisi teknis maupun nonteknis.
Pada prinsipnya, dalam memperkenalkan komputer ke anak-anak adalah konsep komputerisasi dan pemecahan masalah secara logis dan algoritmis. Tidak perlu atau malah tidak cocok kalau harus belajar program yg sama, dan biasa digunakan orang dewasa (yg sebetulnya digunakan untuk lingkungan kantoran). Di sinilah salah kaprah yg terjadi dalam pengajaran perangkat lunak ke anak SD di Indonesia. Kelebihan teknis dari Open Source adalah memungkinkan adanya pengubahan secara cepat.
*diambil dari edisi cetak majalah infoLinux bulan Agustus 2007*
gambare dari sini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment