Dengan logat khas orang sini, teman kantorku bertanya ketika melihat header blogku. Ya, dianya memang belum akrab dengan internet/blog, jadi wajar aja pertanyaannya itu. Dan aku nanggapi seperlunya aja.
Ketika kuangkat tentang keluarga sebelum ini, tentunya tidak lantas harus disimpulkan bahwa “penentu” terjadinya sebuah masyarakat atau peradaban yg baik hanyalah bergantung pada faktor keluarga saja. Tidak demikian, bukan? Keluarga cuma salah satunya. Semua unsur yg ada pada sebuah peradaban tentunya mengambil & mempunyai peranannya masing-masing.
Setiap orang (manusia) pun -tidak hanya dalam kumpulan yg disebut keluarga- mempunyai peranan. Karena sesungguhnya dari pribadi-pribadi inilah suatu keluarga terbentuk. Dan setiap orang tidak hanya berada dalam satu lingkungan yg disebut keluarga, namun dia juga punya lingkungan/komunitas lain yg bernama kantor, sekolah, pasar, atau yg lainnya. Setiap lingkungan dan komunitas tadi lagi-lagi punya peranan juga untuk terwujudnya peradaban yg diidam-idamkan.
Tidak hanya itu, bahkan sesungguhnya semua makhluk/benda yg ada di alam ini mengambil perannya masing-masing. Dari airnya yg banyak dibutuhkan oleh manusia & tetumbuhan, dari tumbuhan & hutannya sendiri, beragam binatang yg ada, dan lain-lain…semuanya punya peranan. Begitu kompleksnya, memang. Dan semuanya harus memfungsikan perannya dengan baik sehingga terjadi keharmonisan. Semuanya harus bergerak secara sinergis.
Yg perlu kita (ketahui dan) ingat kembali adalah “posisi” dari masing-masing unsur tadi dalam melakukan peranannya. Bahwa selain manusia, semua makhluk/benda yg ada di alam ini akan memainkan perannya sesuai fungsi mereka masing-masing, tidak akan ada yg keluar dari fungsinya. Pasti, akan sesuai dengan insting & karakteristik mereka yg secara normal tidak akan berubah-ubah. Air, misalnya, selalu akan bergerak ke tempat yg lebih rendah. Dia tidak punya pilihan lain selain itu. Dia juga akan “membagi” dirinya ketika tempat yg menampung dirinya sudah tidak mencukupi; dia mesti akan meluber/melimpah (banjir) ke tempat terdekatnya. Demikian seterusnya kelakuan setiap makhluk/benda di alam, di luar manusia. Mereka akan berjalan secara alami, natural. Mereka tidak punya kemampuan mengendalikan diri, memilih keputusan yg lain selain yg sudah menjadi karakternya. Mereka hanya mencari keseimbangan, mencari “keharmonisan” yg baru ketika keseimbangan yg ada di sekelilingnya berubah.
Adapun dengan manusia, berbeda dengan mereka tadi. Satu karakter/potensi yg dimiliki manusia dan tidak dimiliki oleh mereka adalah kemampuannya untuk memilih. Konsekuensi dari adanya kekuasaan memilih ini, tentunya adalah ketika pilihannya sejalan dengan karakter/fungsi makhluk lainnya maka akan menjaga keseimbangan dan keharmonisan yg telah ada. Sebaliknya ketika pilihannya tidak sejalan dengan fungsi makhluk lainnya maka akan mengganggu & mengubah keseimbangan yg ada, & selanjutnya yg akan terjadi yaitu makhluk-makhluk lain akan turut menyesuaikan, mencari keseimbangan baru.
Secara sederhana, yg terjadi pada manusia adalah dia memiliki kemampuan untuk memilih. Dan pilihan itu adalah antara kebaikan dan keburukan. Dan secara manusiawi, dari hati kecilnya, manusia tahu akan kebaikan. Dan tahu bahwa dia semestinya memilih kebaikan itu, agar (terus terjaga) terjadi kebaikan-kebaikan berikutnya. Namun, kita juga tahu, bahwa ternyata hal-hal yg buruk itu banyak dikelilingi dan dihiasi dengan keindahan-keindahan, sehingga banyak yg lebih memilih keburukan dibanding kebaikan. Dengan berbagai alasan (yg dicari-cari).
Kembali kepada keluarga. Di sinilah salah satu faktor yg sangat penting & menentukan untuk wujudnya manusia-manusia yg bisa mengambil pilihan-pilihan yg sinergis tadi. Keluarga yg sehat, yg peduli dengan semua anggota keluarganya. Di sinilah pendidikan awal kali diberikan. Dan di sinilah sebenarnya dasar/modal pendidikan itu akan banyak diberikan & sekaligus didapat.
Dan...dalam pengertian seperti inilah, blog ini megambil header sebagaimana tercantum di atas. Keluarga, sebagai satu titik di antara banyak titik dalam satu garis yg menuju ke suatu arah.
* “Jadi, sebenarnya aku ga lagi mbangun rumah, Mba… Klo itu mah, perlu banyak batu bata, atuuh...” hehehe… ;-) *
(Tuhan) Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada (setiap) ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? [Al-Mulk:3]
...kepada-Nya lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun secara terpaksa, dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. [Ali Imron:83]
Makanlah olehmu dari rezki yg (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yg baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. (baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur). [Saba’:15]
No comments:
Post a Comment